Resolusi Dalam Sebuah Puisi   Leave a comment

Resolusi Dalam Sebuah Puisi Tentang Kemanusiaan di Negeri Ini.

Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah Nabi terakhir yang menjadi utusan Allah.

Dia ( Muhamad SAW ) yang menjadi penerang dalam gelapnya jaman. Ajarannya adalah tentang cinta dan kasih sayang, tentang damai dan saling pengertian.

Bahkan dalam teraniaya Muhamad berdo’a untuk kebaikan orang-orang yang menyakitinya. Dilindunginya orang-orang yang berbeda paham dengannya.

Ingatlah ketika Muhamad SAW mengadakan perjanjian hidup damai diantara penduduk Yatsrib, bukankah dia telah menciptakan konstitusi yang pertama di dunia, melahirkan sebuah negara Madinah yang melindungi segenab warganya yang berpegang teguh pada konstitusi tersebut.

Dibawah bimbingan Muhamad SAW sebagai kepala negara dari state Madinah, mereka saling melindungi, tidak peduli apakah mereka dari kaum Anshar, Muhajirin, bahkan Yahudi sekalipun.

Lalu mengapa.. !?

ada diantara kita yang mengaku sebagai pengikut Nabi, namun begitu jauh karakternya dari akhlak yang diajarkan Nabi.

Mereka merusak, melukai, bahkan membunuh sesama warga negara. Mereka mengancam penguasa yang sah.

Oh sobat semua, tahukah kalian… !? Di mataku mereka semua adalah gerombolan bajingan, mereka memperkosa dan mempermalukan simbol agama Islam.

Tapi aku masih mempunyai keyakinan, akan adanya barang elok cantik yang bernama kemanusiaan,cinta kasih, dan toleransi.

Dan aku masih mempunyai keyakinan pada fungsi pemerintah, konstitusi, dan negara ini. Mungkin hanya sebuah ketegasan yang diperlukan.

Harus ada Resolusi, bahwa tidak ada tempat bagi kekerasan di negeri ini, tidak ada tempat bagi tindakan licik dan picik atas nama agama.

Namun, selama kata-kata hanya bergelut di mulut, selama itu pula dunia kalut.

Perlu sebuah tindakan, perlu sebuah ketegasan.

15 Februari 2011, tertulis dalam resah dan gelisah.

Posted 15/02/2011 by saiful anam in Uncategorized

Tinggalkan komentar